Minggu, 15 Februari 2009

Perlunya Manajemen

Pada hari Satu, 14 Februari 2009,saya mengadakan perjala ke Jember unstuck suatu urusan, yaitu mengambil alat-alat bantuan pada suatu UKM yang menalami kegagalan. Sebenarnya suatu yang menyedikhan bagi kami jika harus menarik alat yang telah kami tempatkan pada suatu UKM, namun tentunya lebih menyedihkan lagi jika alat tersebut tidak dapat dimanfaatkan dan menjadi onggokan rongsokan, sementara UKM lain mungkin dapat memanfaatkan.

Saat bertemu dengan sang pemilik UKM, beliau menyatakan sudah tidak sanggup lagi melakukan usaha karena rasanya sudah mentok untuk berbuat dan akhirnya memutuskan untuk berhenti. Usaha bapak ini sbenranya terbilang sukses. Pada awal kita melakukan pembinaan, usaha beliau sangat kecil dan beranjak dari menjual kerupukbikinan orangtuanya yang cukup juah dari Jember yaitu di Ambulu. Kemduain dengan tekun dia melakukan perubahan menjadi berproduksi beberapa produk seperti bumbu instan, terasi ikan kemas bahkan sebenarnya untuk langkah kedepan telah kami siapkan alat untuk produk-produk kemas vakum.

Ketika usahanya berkembang, kesalahan yang beliau alami sebenarnya terletak pada manajemennya. Beliau tidak mudah percaya begitu saja pada orang, bahkan pada karyawannya yang kita rekomendasikan untuk membantu beliau dalam bidang administrasi atau keuangan, agar beliau tidak terlalu sibuk. Dia menjadi one man show, dia bekerja mulai dari mengawasi pembelian bahan baku, proses produksi, meemsan label dan kemasan, sampai mencari pasar dan mengatur keuangan. Dalam hal ini,istrinyapun tidak terlibat.

Langkah beliau pada awalnya atau saat industrinya belum begitu meluas, memang ia sanggup mnangani, namun saat semakin besar, ia disibukkan oleh banyak urusan yang sebenarnya dapat ia limpahkan. Mestinya UKM yang mulai berkembang, sang pemilik harus mulai berusaha untuk mengatur manajemen usahanya. Mulai mendelagasikan tugas ke yang lain sehngga secara bertahap berubah dari pemilik yang juga pekerja menjadi pemilik yang juga manajer ataupun direktur.

Dalam kebingungan mengatur lajunya perusahaan ia mulai terkena persoalan yang terjadi dalam dunia bisnis yaitu penipuan.dia tertipu oleh seseorang dariluar pulau sehingga rugi jutaan rupiah. Setelah kita bangkkitkan lagi dia mampu berkembang lagi, sayang dia justru semakin tidak percaya kepada orang lain sehingga banyakpesanan yang mandek karena bahan baku terhambat atau proses produksi yang menalami gangguan dan yang menyedihkan justru dia memutuskan berhenti berusaha.

Beliau tidak mau berusaha seperti temannya, yang hanya dari satu usahan membuat produk olahan tape dan menjual di salah satu ruang di rumahnya, kemudian dia sampai mampu membuka took di pusat kota Jember di Jalan Trunojoyo dengan berbagai macam produk yang dihasilkan berbasis tape namun masih tetap dapat jalan-jalan kemana-mana, bahkan beliau mentraktir kami makan siang di kota Jember.

Ironi memang dua orang yang bersahabat, yang satu mau melakukan manajemen usaha sementara yang satunya sangat takut berbagai. Bahakna ketika ia menyatakan berhenti dia bilang kalau dia akan menyerahkan usahanya ke temannya karena ia mampu melakukan manajemen dengan baik dan ia tidak sanggup untuk itu.

Andai ia mau beruabah dan belajar dari orang lain, tentunya ia tak perlu berhenti berusaha, apalagi menjadi TKI kembali, sayang ia tidak mau.

Rabu, 11 Februari 2009

BSA 2009, Cari Wirausahawan Muda Potensial

JAKARTA (KR) – 10 Feb 2009 12:25:09 

Setelah sukses menggelar Shell LiveWire Business Star-up Award (BSA) 2008, kini PT Shell Indonesia kembali melakukan kegiatan serupa, yakni BSA 2009. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan di kalangan anak muda dan memunculkan para wirausahawan muda yang menjadi inspirasi bagi kalangan muda juga.
"Kami sangat mendukung dan mengapresiasi program LiveWire BSA 2009 yang diselenggarakan PT Shell Indonesia. Program ini dapat membantu mengoptimalkan potensi generasi muda Indonesia dalam turut serta membangun negerinya," kata Deputi Bidang Kewirausahaan Pemuda dan Olahraga Menpora Sudradjat Rasyid di Jakarta kemarin.
Sri Wahyu Endah, Social Investment PT Shell Indonesia menambahkan, melalui ajang BSA 2009, Shell Indonesia mencari wirausaha muda pemula (usia 18-32 tahun) terbaik dan potensial. Untuk selanjutnya dikembangkan bisnisnya yang telah dijalankan minimal selama 3 bulan dan maksimal 24 bulan.
"Nah, bagi mereka yang terpilih, PT Shell Indonesia akan memberikan hadiah masing-masing Rp 20 juta untuk maksimal 10 pemenang," kata Sri Wahyu Endah seraya menyebutkan, para wirausaha muda yang terpilih akan memperoleh coaching dan mentoring untuk membantu mengembangkan usaha yang digelutinya.
Pendaftaran peserta BSA 2009 dimulai 5 Februari sampai 29 April. Informasi dapat diperoleh melalui Website Shell LiveWire Indonesia di www.livewire-indonesia.org atau UKM Center-Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia di www.ukm-center.org.
Dikatakan, BSA 2008 telah menghasilkan 9 pemenang dengan bidang bisnis beragam. Menurutnya, dalam kurun waktu kurang dari satu tahun mereka telah berhasil meningkatkan usaha bisnisnya berkat penghargaan, media exposure, coaching dan mentoring. "Karena itu, untuk melanjutkan prestasi, pada tahun 2009 Shell berharap akan lebih banyak lagi wirausaha muda pemula yang ikut berprestasi dalam kompetisi ini," tegasnya.    (Ful/San)-k

Minggu, 01 Februari 2009

Menjahit Laba dari Sandal Rumah

Kamis, 29 Januari 2009 | 11:43 WIB,

Sumber: http://kompas.com/read/xml/2009/01/29/11433451/menjahit.laba.dari.sandal.rumah

Memakai alas kaki memang sudah menjadi keharusan agar kaki senantiasa terlindungi. Sekarang ini, orang memakai alas kaki tidak hanya saat keluar rumah. Saat berada di dalam rumah, orang sudah biasa memakai alas kaki berupa sandal rumah. Biasanya, sandal ini berbentuk tipis, lembut, dan ringan.

Namun, bentuk dan warna sandal rumah yang banyak dijual di pasar cenderung tidak bervariasi. Umumnya, sandal itu hanya berwarna putih polos dan tidak ada hiasannya. Nah, seorang ibu rumah tangga bernama Irfa Aryani memanfaatkan hal ini buat berbisnis.

Irfa membuat sandal rumah dengan menambahkan pelbagai hiasan binatang pada sandal buatannya. Ia juga membuat warna sandal lebih beragam. Irfa mulai membuat sandal rumah pada tahun 2005. Modal awalnya hanya Rp 2 juta. Ia memakai uang itu untuk membeli bahan dasar berupa kain dakron untuk isian kepala sandal dan karpet tipis sebagai alas sandal. "Waktu itu, saya membuat 12 sampel sandal berbentuk binatang seperti sapi, kuda nil, dan agjing," katanya.

Irfa membuat sendiri pola sandalnya. Tapi, untuk pembuatan alas sandal dan penjahitan, seorang tukang membantunya. Setelah jadi, is menitipkan sandal buatannya ke temannya untuk dijual dengan harga Rp 19.000 per pasang. Ternyata, peminat sandal buatan Irfa ini cukup banyak.

Irfa juga sempat menitipkan sandalnya ke gerai-gerai yang ada di sebuah pusat perbelanjaan ITC di Jakarta. Tapi, ternyata di tempat ini banyak yang meniru produknya. Sehingga, ia memutuskan berhenti menitipkan sandalnya. Akhirnya, ia menjualnya sendiri dengan membuka konter atau kios sendiri sejak dua tahun silam.

Irfa juga memasarkan sandal buatannya melalui internet. Sejak itu, usahanya semakin berkembang pesat. Ia semakin banyak menerima pesanan sandal. "Kebanyakan pesanan dari luar kota yang membeli.secara grosir untuk dijual kembali," kata Irfa.

Omzet Rp 23 juta

Saat ini, jumlah karyawan Irfa bertambah menjadi lima orang. Begitu pula dengan kemampuan produksinya. Di bawah bendera usaha bernama Mozza, kini ia mampu memproduksi 600 pasang sandal per bulan. Dalam sebulan, ia bisa menuai secara eceran sebanyak 100 pasang sandal. la mematok harga Rp 60.000 untuk setiap pasang sandal.

Di luar itu, Irfa juga bisa mendapat pesanan hingga 500 pasang sandal per bulan dari penjualan grosir di luar kota. Tapi, harga grosir memang lebih murah dibanding eceran, hanya Rp 35.000 sepasang.

Dalam sebulan, omzetnya sekitar Rp 23 juta. "Marjinnya lebih besar di penjualan eceran, bisa sampai 50 persen. Kalau lewat penjualan grosir, marjinnya hanya 15 persen," beber Irfa.

Dalam memasarkan produknya, Irfa sengaja menyasar kalangan menengah ke atas. Karena itu, ia sengaja memakai bahan baku kain jenis ovelboa yang lebih halus sehingga lebih nyaman. "Walau saya menjual sandal ini dengan harga relatif mahal, mereka maklum karena kualitas sandal saya bagus," bebernya.

Cara pembuatan sandal ini relatif mudah. Awalnya, Irfa membuat pola kepala sandal, lalu dipotong. Setelah itu, bagian kepala disambung dengan alas sandal dan dijahit. Kemudian, kepala sandal diisi dengan dakron. Terakhir, sandal dijahit halus sehingga siap untuk dijual. "Scat ini, saya menjual sandal ini di dua mal besar, Plaza Semanggi dan Mal Kelapa Gading," ujar Irfa. (Kontan)