Kamis, 27 November 2008

JANGAN ASAL GUSUR WARUNG TENDA ; Industri Kreatif Berkembang Pesat di Yogya

 

 

27/11/2008 08:36:40 YOGYA (KR) - Industri kreatif memiliki potensi untuk berkembang di kalangan anak muda. Industri ini yang kemudian menjadi alternatif pengembangan usaha dan mampu menyerap orang-orang kreatif sekaligus ikut mendorong perekonomian DIY.
Wakil Ketua Komisi B DPRD DIY Nur Achmad Affandi mengungkapkan, indikasi berkembangnya industri kreatif di Yogyakarta ini terlihat dari cukup banyaknya mahasiswa yang bekerja partimer di bidang tersebut. Sebab kebanyakan pekerjaan di sektor industri kreatif bisa dilakukan di sela waktu kuliah.
Melihat potensi ini, menurut Nur Achmad, industri kreatif perlu ditumbuhkembangkan di Yogyakarta. Apalagi industri ini banyak dilakukan oleh kalangan muda, khususnya mahasiswa.
Cukup banyaknya mahasiswa yang bekerja secara partimer, terungkap dari hasil penelitian Bank Indonesia (BI) Yogyakarta bekerja sama dengan Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi UPN 'Veteran' Yogyakarta. Dari penelitian itu terungkap bahwa 42% mahasiswa memanfaatkan waktu luang dengan bekerja sebagai partimer. Penelitian itu juga menunjukkan, meski bekerja namun bukan menjadi sumber keuangan yang utama untuk kuliah. Orangtua masih menjadi andalan untuk menutup kebutuhan sekolah dan biaya hidup di Yogyakarta.
Meski demikian, tambah Nur Achmad, hasil penelitian ini dapat menjadi gambaran tentang kreativitas mahasiswa untuk bekerja, dan dari pengamatannya banyak yang mengembangkan industri kreatif.
Nur Achmad juga mengemukakan pentingnya Pemerintah Daerah memerhatikan usaha mikro bidang makanan. Karena sebagian besar mahasiswa di Yogyakarta, memilih warung tenda yang lebih terjangkau (35%) sebagai tempat makan sehari-hari. "Karena itu, kami tidak setuju jika kemudian warung-warung tenda ini justru menjadi ajang penggusuran. Justru mereka ini perlu diberdayakan dengan diberikan tempat yang baik," ujar Nur Achmad.
Pihaknya setuju terhadap langkah Pemerintah Daerah yang menciptakan pusat jajan untuk menampung usaha mikro kecil bidang makanan, atau sejumlah warung tenda. Jika usaha mikro kecil ini diberantas, hanya akan membuka peluang usaha makanan modern yang justru nilai tambahnya bagi rakyat Yogya jauh lebih kecil. Apalagi usaha makanan tersebut investasinya dari asing.
Dari hasil penelitian BI dan FE UPN tersebut, seperti diungkapkan ketua tim peneliti Ardito Bhinadi SE MSi, keberadaan mahasiswa telah mampu menggerakkan kehidupan sektor informal yang bergerak di bidang makanan dan minuman. Hal ini tidak lepas dari preferensi mahasiswa yang memilih makan di warung tenda karena harganya relatif lebih terjangkau.
Tidak mengherankan jika kemudian di sekitar lingkungan kampus dan pondokan banyak berdiri warung tenda. Sedang mahasiswa yang memilih makan di rumah makan atau restoran sebanyak 32%, masak sendiri 8% dan makan bersama orang tua di rumah 24%.  (Jon/San)-s

Senin, 24 November 2008

Perencanaan Produk

Pada hari rabu menjelang pulang dari kantor datang dua orang dari Sidoarjo. Kedatangan mereka untuk bertanya tentang produksi xylanase dari jerami padi karena mereka habis membaca di internet bahwa ada mahasiswa Brawijaya yang penelitian tentang hal tersebut dan mereka ingin mengembangkannya untuk industri. Hal yan menarik untuk dicermati adalah keinginan yang besar mereka untuk berwirausaha namun sayang mereka ternyata belum tahu pasar yang dibidik, proses pembuatannya dan dari mana memperoleh mikrobianya.

Dalam perencanaan suatu produk tidak dapat dilakukan begitu saja, karena pada dasarnya suatu produk adalah barang (output) yang dihasilkan yang akan dijual untuk memperoleh keuntungan. Oleh sebab itu dalam perencanaan produk harus memperhatikan pemasaran, desain, manufaktur dan fungsi lainnya.

Dari sisi pemasaran yang harus diperhatikan adalah bagimana menerjemahkan peluang pasar dan mengidentifikasi segmen pasar. Sebelum memulai usaha kita harus terlebih dahulu melihat peluang pasar yang ada. Kita harus mengetahui tnggi rendahnya persaingan atau kompetisi yang ada. Semakin banyak kompetitor maka peluang akan semakin kecil. Produk enzim semisal xylanase memiliki segmen pasar yang terbatas, meskipun demikian dengan segmen pasar terbatas bukan berarti kesempatan makin besar tapi justru peluang pemasaran yang terbatas. Xylanase umumnya digunakan dalam industri dan bukan produk akhir sehingga konsumen kita adalah industri lain. Pemahaman terhadap konsumen ini menjadi penting karena berkait dengan kualitas produk yang akan dihasilkan yang harus memenuhi persyaratan konsumen dan bukannya kita yang memiliki persyaratan.

Pada sisi desain harus mempertimbangkan platform dan memperkirakan teknologi-teknologi baru. Pengetahuan tentang teknologi menjadi penting karena berkait dengan apa yang dapat kita lakukan. Adakah teknologi baru selain yang kita ketahui dan kemungkinan mengembangkan teknologi yang dimiliki. Dalam perencanaan produk pengetahuan tentang teknologi dan bahan baku juga harus dipertimbangkan. Perencanaan produk hanya melihat dari sebuah skripsi rasanya terlalu tergesa-gesa. Hasil skripsi harus diperhatikan dari sisi teknologi yang diterapkan dalam industri. Hasil ini yang nantinya dibawa ke manufaktur agar diketahui batasan-batasan produksi dan strategi rantai penawaran.

Keinginan untuk mengetahui teknologi lain juga perlu dilakukan agar dapat menentukan langkah yang akan diambil. Langkah selanjutnya apabila telah merasa kemantapan adalah manajemen keuangan dalam merencanakan sasaran dan sumber daya lainnya.

Jadi untuk merealisasikan suatu usaha tidak sekedar kita suka namun apakah ada yang suka dengan produk kita.

Semoga ada manfaatnya

Salam

Nur Hidayat.

Kamis, 20 November 2008

Rabu, 19 November 2008

Memperluas Pemasaran

Dalam suatu kesempatan saya memperoleh keluhan dari seorang ibu-ibu pelaku UKM tentang pemasaran yang ia lakukan.
Dalam keluhannya beliau menyatakan kok sulit ya menjalin kerjasama memasarkan produk. saya coba ke beberapa toko namun setelah melihat saya berjilbab cukup lebar, mereka umumnya mengurungkan niatnya untuk kerjasama, padahal saya lihat di tokonya juga ada produk sejenis dengan punya saya.
Mau tidak mau kita memang kadang perlu introspeksi atau menyadari bahwa tidak semua orang dapat menerima perbedaan. kebetulan kebanyak yang didatangi ibu tadi adalah non-pribumi (bukan bermaksud membeda-bedakan) tapi itulah yang terjadi. Saya hanya memberikan saran kenapa ibu tidak menjadikan saudara yang muslim sebagai bagian dari pemasaran? cobalah merek diberi bagi hasil yang lebih besar dari yang umum dia terima, hitung-hitung sambil beramal terhadap saudara muslim?
andai setiap muslim terutama yang ingin menegakkan syar'i (jilbab besar celana di atas mata kaki) jadikan saudara muslim sebagai bagian pemasaran anda dan berilah kelebihan dari yang biasa mereka terima. buatlah jaringan untuk saling menjualkan. sehingga tidak kita saja yang titip tapi kita juga mau dititipi, masuklah pada kajian-kajian, sebarkan leaflet pada kajian sebagai media promosi lakukan delivery order sehingga dapat menjangkau konsumen langsung sekaligus dapat silaturahmi dan dakwah serta mengetahui kebutuhan konsumen akan produk.
Ibu tadi hanya diam.
saya tidak tahu artinya, semoga kegagalan menjual ke pihak lain tidak menyurutkannya untuk membuka pasar dan jaringan distribusi baru apalagi meyurutkan berwirausaha.
salam
semoga ada manfaat dari tulisan singkat ini.
nur hidayat

Jumat, 14 November 2008

Manajemen Produksi Dan Operasi

Sistem produksi didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk mengubah masukan sumber daya guna menciptakan barang dan jasa yang berguna sebagai keluaran (Buffa dan Sanin ,1996). Justifikasi pada pelaksanaan kegiatan operasi yang produkif menurut Anoraga (2004) dapat dilakukan berdasarkan beberapa karakteristik berikut :

  1. Efisien, yaitu menyangkut pengertian output persatuan input, sering disebut produktifitas dan diukur dalam satuan output yang dihasilkan perjam. Efisien berarti doing the thing right.
  2. Efektifitas, yaitu menyangkut kebenaran dalam melakukan suatu proses. Seringkali disebut sebagai doing the right thing.
  3. Fleksibilitas, menyangkut mudah tidaknya proses lain yang berbeda. Juga menunjukan kecepatan memberikan respon positif dalam pembuatan produk baru atau perubahan volume output.
  4. Tingkat keandalan dalam pnyediaan output, yang berkaitan dengan waktu pengiriman kepada pelanggan.
  5. Kualitas, merupakan indikator yang menunjukan tingkat keberhasilan kinerja dari output.

Menurut Madura (2001), manajemen produksi yang efektif menerapkan proses produksi secara efisien (dengan biaya relatif murah) dan berkualitas tinggi untuk mendapatkan barang dan jasa spesifik. Manajemen produksi akan lebih efisien dengan menetukan jumlah bahan yang tepat, campuran sumber daya yang tepat, pembagian tugas yang benar dan urutan tugas yang benar.

Manajemen produksi dan operasi merupakan seluruh aktifitas untuk mengatur dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi secara efisien untuk menciptakan dan menambah nilai dan benefit dari produk (barang dan jasa) yang dihasilkan oleh perusahaan (Anoraga, 2004). Penambahan nilai dapat dilakukan dengan mentransformasikan input-input menjadi output-output yang bermanfaat dalam proses produksi. Proses yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk akan mempengaruhi nilai perusahaan tersebut.

Manajemen produksi dan operasi pada umumnya berhubungan dengan tingkat produktifitas. Menurut Amirullah (2002) dalam Amirullah dan Hardjanto (2005), tugas utama dari bagian produksi dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan perusahaan secara umum adalah berusaha mencapai biaya produksi yang rendah, mutu produk yang tinggi, tanggapan yang cepat atas permintaan, dan fleksibilitas untuk membuat beragam barang yang sesuai dengan selera dan spesifikasi pelanggan. Memenuhi keinginan pelanggan, bagian produksi dan operasi harus berusaha mewujudkan barang dalam konteks berikut: diproduksi secara efisien, mencapai tingkat produktifitas tinggi dan dapat menciptakan barang yang bermutu (Sukinno,dkk,2004).

By : Achmad Hanafi

Mahasiswa TIP – FTP – UB

Selasa, 11 November 2008

WIRAUSAHAWAN?

Wirausahawan dapat dikatakan sebagai orang yang memulai/mendirikan usaha sendiri ( bisnis ) dengan ciri tertentu (menciptakan sesuatu yang baru, menciptakan sesuatu yang berbeda, mengubah nilai nilai) dan mencari perubahan, merespons perubahan dan memanfaatkannya sebagai peluang. Wirausaha termasuk seorang pemberani dalam hal mencapai kesempatan maupun menghandapi resiko, tidak mengenal putus asa. Ciri-ciri yang dimiliki wirausahawan adalah sebagai berikut:

  • Pantang menyerah
  • Kebutuhan akan prestasi
  • Kemampuan melihat peluang

  • Berani mengambil risiko
  • Berorientasi pada realisasi ide
  • Punya rasa humor yang tinggi
  • Bisa dipercaya
  • Selalu mau belajar
  • Nyaman dengan perubahan
  • Kreatif dan inovatif
  • Berkarakter kuat
    • Gampang gaul

Walaupun mempunyai ciri-ciri yang umum, namun demikian tidak ada definisi siapa yang dapat menjadi wirausaha dan siapa yang tidak. Dapat dikatakan bahwa tiap orang mempunyai kesempatan dan dapat menjadi wirausahawan. Faktor-faktor tumbuhnya Jiwa wirausaha antara lain karena factor genetic/keturunan, pendidikan, dan keterpaksaan. Faktor keterpaksaan ini antara lain karena terkena PHK, pencari nafkah keluarga sakit atau meninggal, dan untuk membantu ekonomi keluarga.

Berwirausaha dapat dilakukan oleh siapa saja. Jadi siapa takut menjadi wirausahawan?